ATV | MEDAN – DPRD Kota Medan menyoroti buruknya koordinasi antarorganisasi perangkat daerah (OPD) dalam penanganan krisis tenaga kesehatan di dua rumah sakit milik Pemko Medan, yakni RSUD dr. Pirngadi dan RSUD Bachtiar Djafar.
Sekretaris Komisi II DPRD Medan, H. Iswanda Ramli atau yang akrab disapa Nanda Ramli, menyatakan dukungannya terhadap sikap tegas Wakil Wali Kota Medan Zakiyuddin Harahap, yang menuntut perbaikan menyeluruh dalam sistem rekrutmen dan distribusi tenaga medis.
“Apa yang dikatakan Wakil Wali Kota benar adanya. Koordinasi antarlembaga seperti RS, Dinas Kesehatan, dan BKPSDM sangat lemah. Akibatnya, dua RS kita kekurangan dokter spesialis dan perawat,” ujar Nanda, Jumat, 20 Juni 2025.
Menurut dia, minimnya tenaga kesehatan dipastikan mengganggu kualitas layanan di RSUD dr. Pirngadi dan RSUD Bachtiar Djafar.
Padahal, kepemimpinan Wali Kota Medan Rico Waas dan Zakiyuddin Harahap tengah gencar membenahi sektor kesehatan.
“Kalau begini terus, rumah sakit daerah tidak akan bisa bersaing dengan swasta. Jangan main-main soal pelayanan kesehatan,” tegasnya.
Nanda juga mendesak jajaran rumah sakit dan OPD terkait agar segera mendata kekosongan formasi, termasuk dokter spesialis, perawat, dan tenaga medis lainnya.
Data itu diharapkan segera disampaikan ke Dinas Kesehatan dan diteruskan ke BKPSDM untuk ditindaklanjuti.
“Segera isi kekosongan. Ini soal nyawa dan pelayanan publik. Wakil Wali Kota saja sampai berkantor di RS Pirngadi untuk memastikan pembenahan,” katanya.
Sebelumnya, dalam rapat koordinasi lintas sektor pada 17 Juni 2025, Zakiyuddin menyoroti lemahnya komunikasi antara Dinas Kesehatan, RSUD dr. Pirngadi, RSUD Bachtiar Djafar, dan BKD Kota Medan.
Ia menemukan sejumlah jabatan medis tidak terisi, bahkan ada bidang keperawatan yang justru ditempati bidan.
“Kalau tidak ada koordinasi, tidak heran kalau kekurangan dokter dan perawat terus terjadi. Ada 21 formasi CPNS untuk dokter spesialis yang kosong,” ujarnya.
RSUD dr. Pirngadi tercatat memiliki 425 perawat dan bidan. Namun rumah sakit itu masih kekurangan tenaga spesialis di berbagai layanan kritis seperti jantung anak, bedah onkologi, hingga catheter jantung.(hbb)